Bahasa adalah milik khas manusia.
Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang bahasa. Begitu banyaknya
pendapat tentang bahasa,merangkum beberapa kontroversi
pandangan tersebut: antara kubu phusis dengan kubu thesis, faham analogi dengan
anomali, penganut empirisme dengan penganut rasionalisme, kelompok yang percaya
bahwa bahasa berfungsi interaksional dengan yang berfungsi transaksional.
Asal mula sastra
Asal mula sastra yaitu pada saat dalam komunikasi biasa, di dalam diri seorang penutur terdapat dua kekuatan:
yang satu cenderung ke arah perbedaan individu atau individualisme dan satunya
ke arah persamaan antar individu atau konformitas. Individualisme mensyaratkan
adanya perbedaan bahasa antara satu individu dengan individu lainnya.
Konformitas mensyaratkan adanya penyesuaian bahasa yang digunakan satu individu
untuk tunduk pada kaidah bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya.
Karena terdapatnya perbedaan bahasa itu lah yang memunculkan Sastra, agar seseorang atau suatu masyarakat dapat menyesuaikan bahasanya.
Para antropolog juga terbagi tiga golongan dalam memandang bahasa. Pandangan
pertama menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat dianggap
sebagai refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Pandangan kedua mengatakan bahwa bahasa adalah bagian dari kebudayaan, salah
satu unsur kebudayaan. Pandangan ketiga berpendapat bahwa bahasa merupakan
kondisi bagi kebudayaan, dan ini dapat berarti dua hal. Hal pertama, bahasa
adalah kondisi bagi kebudayaan. Manusia mengenal budaya melalui bahasa. Hal
kedua, bahasa adalah kondisi bagi kebudayaan karena materi bahasa sejenis dengan
materi pembentuk kebudayaan.
Terlepas dari kontroversi dan pembagian di atas, dalam komunikasi biasa,
ketika menyampaikan pesannya, penyapa selalu dipengaruhi oleh dan harus
memperhatikan sistem bahasa dan sistem sosial-budaya. Selain itu, penyapa
dipengaruhi oleh kompetensi kebahasaannya. Ketika ingin menyampaikan pesan, ia
harus memilih bahasa yang sama dengan bahasa yang dikuasai oleh orang yang
disapa. Bila orang yang disapa orang Indonesia, penyapa harus menyampaikan pesannya
dalam bahasa Indonesia. Ini pun belum cukup. Penyapa harus memperhatikan kaidah
sintaksis, semantik, dan pragmatik yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Sistem
sosio-budaya juga harus diperhatikan oleh penyapa. la harus memperhatikan
kata-kata yang mempunyai nilai rasa yang berkaitan dengan bahasa yang akan
digunakan, misalnya kata-kata tabu yang dapat menyinggung perasaan orang yang
disapa atau masyarakatnya.
Hal ini juga berlaku dalam komunikasi sastra. Ketika sastrawan
ingin menyampaikan pesannya, is harus mempergunakan bahasa sebagai mediumnya.
Bahasa tersebut harus dimengerti oleh pembacanya. Oleh karena itu, bahasa yang
digunakan juga berangkat dan bahasa natural, yakni bahasa yang digunakan berkomunikasi
sehari-hari. Meskipun demikian, dengan bekal bahasa natural tersebut, sastrawan
menciptakan sendiri bahasa yang sesuai dengan sistem sastra.
Sebagai komunikasi yang timbal balik, sistem bahasa yang diciptakan
sastrawan ini harus diterima oleh pembaca dengan cara yang sama. Bila tidak,
komunikasi ini bisa dikatakan gagal. Itulah sebabnya bahasa sastra bukan
bahasa yang melanggar kaidah bahasa natural. tetapi memang mempunyai kaidah
tersendiri. Sastrawan dipandang sebagai orang yang mempunyai kreativitas
berhahasa yang lebih dibandingkan dengan anggota masyarakatnya
Seperti yang dikemukakan di atas, pesan yang disampaikan oleh sastrawan
kepada pembacanya berbentuk karya sastra. Karya sastra tersebut disampaikan
dengan medium bahasa. Bahasa yang digunakan di dalam karya sastra selain harus
memenuhi prinsip konformitas, juga bersifat individualisme. Bahasa yang
digunakan di dalam karya sastra adalah bahasa yang juga dikenal oleh masyarakat
pemakai bahasa itu, bahasa natural. Hanya saja oleh sastrawannya bahasa itu dijadikan
menjadi milik yang lebih bersifat individu dengan cara menggali lebih dalam
makna, menambah makna, atau mengasingkan dan makna yang dipakai oleh
masyarakat. Sastrawan juga bisa menawarkan pemakaian bahasa yang barn.
Itulah
sebabnya menyatakan bahwa karya sastra adalah ekspresi
individual pengarang dengan menggunakan bahasa yang bersifat idiosinkretik.
Contohnya, dalam puisi Sapardi Djoko Damono “Aku ingin” berikut:
"AKU INGIN
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
Semua deretan kata-kata pada bait puisi di atas dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Semua kata-kata yang ada di dalam puisi tersebut tidak ada yang asing dan aneh,
seperti kata aku, ingin, mencintaimu, dengan, sederhana. Ini menunjukkan bahwa
puisi ini diciptakan oleh Sapardi dengan memperhatikan konformitas.
Di nisi
lain, Sapardi juga menawarkan bahasa yang individual dengan menawarkan ungkapan
mencintaimu dengan sederhana; kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu; isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada. Ungkapan-ungkapan ini bersifat individual karena
hanya dimiliki oleh Sapardi.
Dalam komunikasi sastra, selain harus memerhatikan sistem bahasa, sastrawan
juga masih harus memerhatikan sistem sosio-budaya. Meskipun kreativitas
dijunjung tinggi dan meskipun sastrawan mempunyai licentia poetica, sastrawan
tetap harus memerhatikan sistem sosiobudaya masyarakat (bahasa dan sastra)
pembacanya. Licentia poetica adalah kebebasan pengarang untuk menyimpang dari
kenyataan, dari bentuk atau aturan, untuk mencapai suatu efek.
Dengan redaksi yang berbeda dan dalam lingkup komunikasi bahasa tulis,
bahwa untuk berkomunikasi, penutur dipengaruhi
skematanya. Skemata adalah pengorganisasian individual dari apa yang diketahui
seseorang. bahwa skemata merupakan
struktur pengetahuan tingkat tinggi yang kompleks.
Isi Skemata yaitu :
- apa yang diketahui seseorang tentang sesuatu dan hubungannya dengan yang lain dalam konteks
- ukuran dan karakteristik sesuatu.
Jenis - jenis skemata yaitu :
- Skemata isi adalah latar pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam kaitannya dengan topik yang dibicarakan dalam suatu teks (wacana) dan pengalaman tentang realitas yang diangkat dalam teks (wacana).
- Skemata linguistik adalah pengetahuan penutur tentang aspekaspek kebahasaan.
- Skemata formal adalah pengetahuan tentang struktur organisasi teks (wacana).
Bila dikaitkan dengan pembahasan di atas, skema linguistik berkaitan dengan
pengetahuan sastrawan tentang sistem bahasa; skema formal berkaitan dengan
pengetahuan sastrawan tentang sistem sastra; sedangkan skema isi berhubungan
dengan pengetahuan sastrawan tentang sistem sosial-budaya (dan realitas).
Semoga Bermanfaat
Semoga Bermanfaat
Author : Nurawantitiani Kumpulan Artikel Seni | Sastra | Terbaru di 2012 | Story |
Saat ini anda telah membaca artikel ASAL MULA SASTRA yang dipublish oleh Nurawantitiani pada hari Jumat, 4 Januari 2013 Terima kasih atas kunjungan anda di blog EVOLVED ini dan silahkan berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah. Semoga artikel ASAL MULA SASTRA ini bermanfaat untuk anda . |